LEGITIMASI KEDATUAN DALAM TARI PAJAGA BONE BALLA ANADDARA SULESSANA

Authors

  • Nurwahidah Nurwahidah* Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar, Indonesia
  • Andi Taslim Saputra

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v33i3.2729

Abstract

Pajaga Bone Balla Anaddara Sulessana (PBBAS) merupakan tari tradisional klasik dalam masyarakat Luwu di Sulawesi Selatan. Tari ini dikategorikan sebagai tari klasik karena telah mengalami perjalanan panjang dalam pengolahan artistik dan estetiknya yang diawali di era-era feodalisme di Indonesia. Penelitian ini berupaya melakukan pelacakan sekaligus mengungkap sistem nilai yang terangkum pada bentuk, makna simbolik, dan sistem pewarisan PBBAS dalam Masyarakat Luwu. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnokoreologis membedah PBBAS secara teks dan kontekstual, yang didukung dengan beberapa teori dan dituliskan secara deskriptif kualitatif. Teori sistem nilai digunakan untuk mengungkap kekuatan bertahan PBBAS dalam masyarakat Luwu. Keseluruhan teks tari maupun teks pertunjukan PBBAS merupakan simbol yang memiliki makna berimplikasi pada legitimasi Kedatuan dalam masyarakat Luwu. Selain makna simbolik, juga terdapat sistem nilai yang terangkum baik dalam nilai historis maupun nilai sosial yang menjadi pembentuk kekuatan bertahan PBBAS di Kedatuan Luwu. Kata Kunci: Tari, Pajaga Bone Balla Anaddara Sulessana, Legitimasi, Kedatuan

Author Biography

Nurwahidah Nurwahidah*, Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar

*Corresponding Author

References

Fitri, Muhammad. (2021). Nilai Sosial Religi Tradisi Manopeng Pada Masyarakat Banyiur. Kalpataru: 7(2). 161-169.

Idwar, Anwar. (2007). Ensiklopedi Kebudayaan Luwu. Palopo: Komunitas Sawerigading/Kampus.

Kesuma, Andi Ima. (2015). Legacy Tana Luwu. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan.

Muliana, Ai. (2019). Tari Badaya Rancaekek Legimitasi Perempuan Menak Dalam Tari Sunda. Proceeding International

Conference 2020: Reposition of The Art and Cultural Heritage After Pandemic Era: 1(1). 162-167.

Pangerang, Andi Anton. (2003). Persepsi dan Pemahaman Tokoh Adat tentang La Galigo” dalam Lagaligo: Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia. Makasar: Pusat Studi Lagaligo dan PKP Unhas.

Rahayu, S. dkk. (2021). Feminism in Song of Jineman Kenya Ndesa Laras Slendro Pathet Sanga. Gelar: 19(2). 154-158.

Rustiyanti, dkk. (2015). Ekspresi dan Gestur Penari Tunggal dalam Budaya Media Visual Dua Dimensi. Panggung: 25(1). 91-99.

Saputra, A, S., Nyoman, Murtana. (2019). Peristiwa Teater Tu(m)buh sebagai Konstruksi Politik Tubuh. Panggung: 29 (2). 102-115.

Sari, D,P & Lestari, W. (2022). Beksan Bedhaya Kirana Ratih di Keraton Kasunanan Surakarta: Studi Analisis Kebutuhan Pertunjukan Tari Tradisi. Invensi: 7(1). 61-72.

Syakhruni, Saputra, A, T, Saleh, J. (2022). Tari Pepe-Pepeka Ri Makka Sanggar Tari Paroki Makassar: Analisis Perubahan Bentuk dan Fungsi. Panggung: 32(4). 421-435.

Thoha, M. Habib. (2007). Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Bakti.

Turyati & Azizah, F, N. (2022). Kajian Struktur Tari Perang Centong dalam Ritual Ngasa Kampung Budaya Jalawastu Brebes. Panggung: 32(4). 492-502.

Published

2023-09-05

How to Cite

Nurwahidah*, N., & Saputra, A. T. (2023). LEGITIMASI KEDATUAN DALAM TARI PAJAGA BONE BALLA ANADDARA SULESSANA. Panggung, 33(3). https://doi.org/10.26742/panggung.v33i3.2729

Citation Check