Konsep Estetika Sindhír dalam Tradisi Tayub Tuban

Authors

  • Rohmat Djoko Prakosa
  • Hotman Siahaan

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v30i4.1372

Abstract

Artikel ini membahas konsep estetika yang digali dari tradisi tayuban, sindhir memiliki peran
penting dalam setiap pergelaran. Kehadiran masyarakat dituntun oleh pandangan ideal tentang
sindhir, terpenuhinya hajat hidup melalui tradisi tayuban. Untuk itu penelitian difokuskan
pada penuturan emik yang memaparkan tentang konsep estetika sindhir. Pengamatan langsung
dilakukan terhadap peristiwa tradisi tayuban dimana sindhir memiliki peranan penting dalam
membangun estetika dan dinamika tayuban. Wawancara mendalam, metode mendengar
menjadi sarana utama dalam menggali konsep estetika sindhir dalam tradisi tayuban. Dari
penelitian yang dilakukan dapat dirumuskan bahwa dalam tradisi tayuban terdapat konsep
keindahan yang bersifat lahiriah, keindahan batiniah, dan keindahan illahiah. Konsep
keindahan lahiriah merupakan keindahan yang dibangun dalam tatanan indah inderawi.
Keindahan batiniah melalui kekuatan intensitas batin melalui puasa dan doa keindahan illahiah
merupakan keindahan karena karunia illahi, diberkati oleh Tuhan. Konsep wiraga, konsep ayu
kebatinan, dan konsep angsar harus dibangun oleh sindhir melalui laku.
Kata Kunci: Sindhir, Estetika, Tradisi Tayuban, Tayub Tuban

References

Anik Juwariyah (2013) Perempuan Waranggana

Langen Tayub Di Masyarakat

Agraris. Lentera Jurnal Studi Perempuan Vol.

No. 1, Juni 2013,1-16

Armada Riyanto. (2013). menjadi Mencintai:

berfilsafat teologis Sehari-hari.

Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Ardhe Raditya, MA. (2014). Sosiologi Tubuh:

membentang teori di ranah aplikasi.

Kaukaba dipantara: Yogyakarta.

Lalan Ramlan. (2002). Tayub di Keraton

Kasepuhan Cirebon. Panggung jurnal

seni STSI Bandung nomor XXV tahun

37-52

Lalan Ramlan. (2005). Menimbang catatan

medellkoop (1809) tentang reglement

van de tandhak of ronggèng in holen te

Cirebon (sekolah ronggèng di keraton

Cirebon) Panggung jurnal seni STSI Bandung

XXXVI tahun 2005, 40-53

Mira Marlianti, Acep Iwan Saidi, Ahmad

Dahlan Haldani. (2017). Pergeseran

Bentuk Siluet Kostum Tari Jaipongan.

Panggung Volume 27 No 1. Maret 2017.

-61

Prasad Kafle, Narayan. (2011). Hermeneutic

phenomenological research method

Simplified. Bodhi: An Interdisciplinary

Journal, 5, 2011, ISSN: 2091-0479, 181-

Prawira Atmaja. (1987). Bau Sastra Jawa.

Surabaya: Yayasan Djojo Bojo.

Robby Hidajat. (2014). Popularity of

Waranggana Tayub Malang Through

Body Exploitation. Harmonia: Journal

of Arts Research and Education, 14 (2)

(2014), 72-77.

Sakinah. (2018). Ini Bukan Lelucon: Body

Shaming, Citra Tubuh, Dampak dan

Cara Mengatasinya. Jurnal Emik,

Volume 1 Nomor 1, Desember 2018,

-67

Sisca Dwi Suryani. (2014). Tayub As A Symbolic

Interaction Medium in Sedekah Bumi

Ritual in Pati Regensy. Harmonia:

Journal of Arts Research and Education

(2) (2014), 97-106

Sunarto. (2017). Estetika dalam Konteks

Pendidikan Seni Jurnal Seni Refleksi

Edukatika 7 (2) (2017) p-ISSN: 2087-9385

e-ISSN: 2528-696X, 102-110

Suharto, Ben. (1996). Tayub pertunjukan

dan Ritus Kesuburan. Yogyakarta:

Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia.

Treny Hera. (2017). Menjadi Seniman Jawa.

Sitakara. Edisi Ketiga/2017 ISSN 2541-

, 95-105Yogyataya. (1923). Sêrat

Wedhataya. Surakarta: Konservatori

Surakarta.

Nara Sumber

Wantika, 48 tahun sindhír Sumber Rejo Tuban;

Rangga, 52 tahun seniman Tuban

Kijan 54 tahun tani Perunggahan Kulon Tuban;

Karmijan 45 tahun Karangsari Tuban;

Purwono 58 tahun seniman. Jatiraga Tuban;

Sumardi 55 tahun seniman Tuban;

Sutiarsa. 53 tahun tani Bektiharjo Tuban;

Rodo. 60 tahun tani, warung towak. Bektiharjo

Tuban;

Yahya. 32 tahun. sindhir, Jatiraga Tuban;

Karpuk 60 tahun tani, Janten Ngino Tuban;

Rondi 35 tahun guru seni budayaTuban:

Downloads

Published

2020-12-30

How to Cite

Prakosa, R. D., & Siahaan, H. (2020). Konsep Estetika Sindhír dalam Tradisi Tayub Tuban. Panggung, 30(4). https://doi.org/10.26742/panggung.v30i4.1372

Citation Check