Archives
-
"Menggali Akar, Mencipta Ragam Rupa Kinestetika"
Vol. 11 No. 1 (2024)Ketubuhan tradisi bergerak menggeliat, mencipta dimensi estetika tari pada bentuknya sendiri maupun bentuknya yang lain dalam bingkai Penyajian, Penataan, dan/atau Penciptaan Karya Tari Kontemporer Indonesia yang berbasis Nusantara. -
"Tari Dalam Genggaman Tradisi"
Vol. 10 No. 2 (2023) -
"Tari Di Ruang Virtual"
Vol. 8 No. 2 (2021)Pada edisi kali ini Jurnal Seni Makalangan menyuguhkan beberapa artikel dengan konten pertunjukan tari dalam dimensi virtual -
"GERAK TUBUH TARI MENGALIR MENCIPTA ASA DAN CITA"
Vol. 8 No. 1 (2021)Ketubuhan tari seorang penari ketika bergerak mengalir menyajikan sebuah tarian, ia akan dengan serta merta menyuguhkan nilai-nilai secara simbolik dalam kehidupan sosiobudaya pada zamannya. -
“Gemulai Gerak Ketubuh Tradisi Mencipta Enerji Dinamis Tari Kreasi”
Vol. 7 No. 2 (2020)“Ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah” (R.M. Soedarsono, 1971)
Mengisyaratkan tubuh tari “T-radisi” yang terus mengalir menjelajahi ruang, tenaga, dan waktu, mengikuti irama zaman yang melahirkan konsep-konsep kreatif yang diolah dalam tubuh tari sebagai laboratorium internal para kreator tari hingga menciptakan karya-karya tari dengan bentukannya yang baru dalam bingkai pengkajian, penciptaan, dan penyajian.
-
"GELIAT TARI DI BUMI TRADISI"
Vol. 7 No. 1 (2020)Geliat Tari di Bumi Tradisi sebagai Tema Jurnal kali ini yang dimaksud adalah menunjuk pada fokus pewacanaan dari seluruh artikel Jurnal Seni Makalangan Volume 7, No. 1 edisi Juni 2020 yang memberikan berbagai kajian terhadap proses kehidupan seni tradisi (Tari) yang memberi peluang (rangsangan) terhadap terciptakan momen-momen kreatif dalam melahirkan karya-karya tari baru Indonesia yang bermuatan nilai estetik, etik, dan akademik tradisional inovatif.
-
"Menjaga Asa Merajut Cita"
Vol. 6 No. 2 (2019)Jurnal Seni Makalangan dalam edisi Desember 2019, Vol. 06, Nomor 2 ini, menghadirkan sejumlah sembilan artikel tentang dunia tari dari berbagai perspektif. Para penulisnya berlatar belakang sebagai mahasiswa di lingkungan ISBI Bandung program sarjana (S1) yang baru menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dan dosen yang telah melakukan penelitian.
Tari sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan, baik yang tradisional, modern kontemporer maupun yang populer selalu ambil bagian dalam berkontribusi terhadap perkembangan seni pertunjukan Indonesia, khususnya Jawa Barat. Oleh karenanya, dinamika kehidupan tari selalu menarik untuk diapresiasi dan digali keberadaannya. Dengan demikian, maka perkembangan kehidupan dunia tari akan selalu memberi pencerahan, harapan, dan peluang kreativitas dari gerenasi ke generasi.
-
"Menari dengan Hati-Menandak dengan Rasa"
Vol. 6 No. 1 (2019)Dalam Jurnal Seni Makalangan terbitan ini, disajikan sembilan artikel yang pada umumnya mengupas soal tari-menari dari berbagai gaya tarian Jawa Barat. Penulisnya adalah para mahasiswa (Program S1 dan S2) di lingkungan ISBI Bandung yang baru menyelesaikan tugas akhirnya (Skripsi-Tesis Penyajian).
Menari itu, ternyata bukan hanya sekedar memainkan jari dan kaki, bukan pula hanya bergerak meliuk-liukkan tangan dan badan. Menari sejatinya adalah menguasai hati, membasuh kalbu, dan mencerahkan perasaan. Oleh sebab itu, seorang penari membutuhkan ketulusan dan kepasrahan, tanpa harus berpikir untuk menjadikan gerakan tubuh sebagai pujian.
-
"Mengupas Kreativitas, Menumbuhkan Sensitivitas"
Vol. 5 No. 2 (2018)Sembilan artikel dalam Vol 05 No 02 ini mengusung tema: “Mengupas Kreativitas, Menumbuhkan Sensitivitas”. Kata kreativitas dikupas walaupun hanya sepintas. Kalaupun demikian, uraiannya cukup penting dan kita bisa memaklumi, bahwa kupasannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang dan tujuan kreativitas yang dilakukan.
Kreativitas adalah ruang yang menawarkan sensitivitas. Mencakup banyak hal. Bukan saja perihal yang bersifat praktis (koreogrfai, tata ruang, panggung, cahaya, musik, dan lain-lain) melainkan juga aspek psikis (kejiawaan). Hal yang bersifat praktis tanpa dibarengi dengan unsur psikis bak sayur tanpa garam. Terasa akan hambar. Dengan demikian, proses kreativitas akan melibatkan berbagai aspek yang berkaitan dengan penyajian secara keseluruhan.
-
"Jari Jemari Membuai Emosi"
Vol. 5 No. 1 (2018)“Jari Jemari Membuai Emosi”, adalah tema Jurnal Vol 05 No. 01. Tema ini dipilih dengan alasan, bahwa artikel yang tersaji didominasi oleh masalah tari-menari yang ada dalam berbagai ranah. Eksplanasi karya tari tradisi dan karya tari baru berkelindan dalam sembilan artikel yang tersaji.
Sebagaimana yang telah diketahui secara umum, bahwa tari di belahan Pulau Jawa dan Bali, pada umumnya didominasi oleh gerakan tangan (jari-jemari). Dari salah satu bagian tubuh itulah emosi kita dibuai. Yakni, emosi yang menghadirkan daya imajinasi, emosi estetis, dan emosi mistis. Emosi-emosi tersebut hadir memengaruhi raga-sukma kita, tidak perduli, apakah tari itu dalam konteks ritus atau hiburan.
-
"Jentik Jari Dalam Kreasi"
Vol. 4 No. 2 (2017)Jari-jemari adalah salah satu bagian anggota tubuh yang sangat penting dalam tari-menari. Bentuknya bermacam-macam. Bahkan tiap genre tari mempunyai pakemnya sendiri. Kreativitas seseorang koreografer, tidak akan lepas dari gerakan dan bentuk jari para penarinya yang bermacam-macam: dijentikkan, dikepalkan, dibantingkan, ditunjukkan, dibengkokkan, dan sebagainya. Bahkan dari jari-jemari penari, seseorang bisa menebak genre tari yang tengah disajikan.
Sembilan artikel yang tersaji dalam jurnal ini, memang tidak mengupas secara khusus tentang jari-jemari seperti yang dijadikan tema jurnal. Akan tetapi, tema itu hanya sebagai kiasan untuk menyatakan, bahwa karya tari tidak bisa lepas dari gerakan salah satu anggota tubuh tersebut. Artikel karya tari Nandangan Lara, Ngalage, Body Connection, Tari Badaya, Tari Gawil, Ronggeng Gunung, dan yang lainnya dalam jurnal ini, adalah paparan teknis tentang proses kreatif dan bentuk penyajiannya.
-
"Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Vol. 4 No. 1 (2017)Pilihan tema “Spirit Tubuh Tanpa Batas”, didasari oleh kenyataan, bahwa menari itu pada hakekatnya adalah spirit tentang “ketubuhan”. Tubuh adalah media utama menari. Dari tubuhlah alunan gelombang dan getaran-getaran emosional dipancarkan.
Dari sembilan artikel yang tersaji, enam di antaranya berbicara soal tubuh di atas panggung. Sebagian lagi membicarakan tentang filosofi, antropologi tari, dan karawitan. Akan tetapi, semua deskripsi yang dipaparkan mengacu pada salah unsur seni tari itu, yakni tubuh dan spiritnya.
-
"Menelisik Tradisi Mengais Kreasi"
Vol. 3 No. 2 (2016)Dalam jurnal ini ditelisik berbagai genre tari tradisi Jawa Barat: wayang wong, Jaipongan, dan topeng Cirebon. Satu artikel tentang tari Legong dari Bali; satu artikel karya tari; selebihnya adalah artikel pengetahuan tari yang mengupas tentang metode kepenarian, metode penelitian sejarah, dan manajemen pertunjukan.
Pengetahuan tari yang bersifat praktis, perlu diimbangi oleh pengetahuan teoritis. Keduanya harus berjalan beriringan agar kecerdasan tubuh sebanding dengan kecerdasan nalar. Kecerdasan emosi juga seimbang dengan kecerdasan estetis. Itulah pengetahuan tari-menari yang harus terus dikembangakan. Tradisi dan kreasi seyogyanya hidup berdampingan. Saling melengkapi; saling menghidupi; saling mengembangkan; dan bukan saling mematikan. Oleh sebab itu, tradisi perlu terus ditelisik, dan kreasi terus diais.
-
"Membumikan Tradisi Menumbuhkan Kreasi"
Vol. 3 No. 1 (2016)“Membumikan Tradisi Menumbuhkan Kreasi”, adalah tema yang dipilih untuk terbitan jurnal ini. Tentu saja isinya masih memperbincangkan tradisi dan kelanjutannya (kreasi). Dari sembilan artikel yang tersaji, kita diingatkan oleh ungkapan lama yang terdapat dalam Amanat Galunggung yang berbunyi:
Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke. Hanteu ma baheula, hanteu tu ayeuna (Ada dulu ada sekarang, bila tak ada yang dahulu tak akan ada yang sekarang. Karena ada masa silam maka ada masa kini). Itulah Amanat Galunggung, inti dari apa yang tersaji dalam jurnal terbitan ini.
Tradisi memang harus terus membumi, sebab dari sinilah awal kehidupan yang baru dan yang akan datang dimulai. Oleh sebab itu, menjadikan tradisi sebagai dasar pijakan kreasi adalah suatu yang tidak bisa dielakkan.
-
"Wayang Bayang-bayang Kehidupan"
Vol. 2 No. 2 (2015)Tema yang diusung dalam jurnal edisi ini adalah: “Wayang-Bayang-bayang Kehidupan”. Tema tersebut adalah ungkapan untuk menunjukkan, bahwa kehidupan seni tari tak ubahnya dengan “wayang” sebagai bayang-bayang kehidupan. Dari bayangan kehidupan itu kita bisa menelisik berbagai fenomena kehidupan seni (tari) dari berbagai arah. Hidup dalam format lama dan baru; transformasi dari seni ritual ke profan; pemanfaatan teknologi multimedia, dan sebagainya.
Bayang-bayang kehidupan seni tradisi dan kebaruannya tergambarkan. Keduanya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Kehidupan lama bersanding dengan kehidupan yang baru. Keduanya adalah keniscayaan.
-
"Merawat Jagat Adat Istiadat"
Vol. 2 No. 1 (2015)“Merawat Jagat-Adat Istiadat” adalah tema Jurnal Makalangan Vol 02 No 01. Isinya terdiri atas sembilan artikel tentang berbagai penjelasan mengenai kedudukan seni tradisional di masyarakat dan deskripsi mengenai karya seni. Dalam Jurnal ini kita bisa mengetahui antara lain beberapa seni yang difungsikan sebagai bagian dari ritual adat masyarakat. Di samping itu, dapat pula disimak tentang proses kreativitas beberapa karya tari, baik yang dilakukan oleh mahasiswa berkaitan dengan tugas akhirnya, maupun karya dosen.
Dalam konteks kehidupan masyarakat secara umum, seni tari masih dianggap mempunyai peranan penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan adat-istiadat masyarakat. Dalam jurnal ini kita juga bisa mengetahui tentang tradisi dan modernitas serta seni tari untuk pendidikan.
-
"Membumikan Tradisi Meraih Inspirasi"
Vol. 1 No. 2 (2014)Jurnal Vol 1, No 2 bertema “Membumikan Tradisi Meraih Inspirasi”. Isinya mengetengahkan sembilan artikel yang terdiri atas enam artikel penelitian dan tiga artikel tentang karya tari. Kesembilan artikel tersebut pada intinya memperbincangkan tradisi sebagai sumber inspirasi karya seni tari dan berbagai pengetahuan sosial-budaya. Dari kehidupan tradisi itulah berkembang pemikiran baik yang bersifat praktis maupun teoritis.
Tradisi masih tetap dianggap sebagai suatu yang sangat penting keberadaannya. Oleh sebab itu, memaknai tradisi sama dengan memaknai kehidupan itu sendiri. Tradisi diyakini sebagai wadah yang berlimpah dan wadah yang senantiasa menyediakan kesempatan bagi kehidupan berikutnya.
-
"Menggali Potensi Berbagai Tradisi Kreatif"
Vol. 1 No. 1 (2014)“Menggali Potensi Berbagai Tradisi Kreatif”. Itulah tema jurnal ini. Apa yang dimaksud dengan tema tersebut? Tiada lain, adalah upaya untuk menjelaskan bahwa dalam seni tradisional terkandung nuansa kreatif. Tradisi itu sendiri tidaklah mati. Ia senantiasa hidup sesuai dengan zamannya. Tidak ada tradisi yang tidak berubah. Tradisi tidaklah abadi. Oleh sebab itu, janganlah heran jika dalam suatu seni terjadi perubahan (penghilangan dan penambahan). Tentu saja perubahan yang sesuai dengan pakemnya. Perubahan yang tidak melanggar aturan bakunya dan selama diperbolehkan oleh tradisi itu sendiri.
Dalam sembilan artikel yang tersaji, dapat diketahui bagaimana seni tradisi itu berubah dan senantiasa “diciptakan” kembali. Wilayahnya tidak terbatas pada seni tradisi yang bersifat individual, akan tetapi juga tradisi yang bersifat komunal.