STRUKTUR TARI WAYANG ‘ANTAREJA’ GAYA SUMEDANG HASIL TRANSFORMASI IYUS RUSLIANA

Authors

  • Pradasta Asyari dan Lilis Sumiati Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung

DOI:

https://doi.org/10.26742/mklng.v7i2.1412

Abstract


ABSTRAK

Tari Antareja, diciptakan oleh seorang seniman Sumedang yakni Raden Ono Lesmana Kartadikusumah pada tahun 1950-an. Tari yang dibentuk untuk memenuhi peran tokoh dalam pertunjukan Wayang Wong lakon Subadra Larung ini, telah menjadi salah satu karya tari yang memiliki entitas mempribadi. Entitas tersebut, terwujud dari kesatuan elemen-elemen tari yang saling berkesinambungan sehingga memberikan sentuhan yang mendalam. Agar sentuhan tersebut terjaga, maka dari itu Ono memberikan kualifikasi kepenarian secara khusus terhadap sajian tari Antareja. Akibat dari adanya kualifikasi kepenarian, maka pada akhirnya tari Antareja ini mengalami fase kepunahan. Namun demikian, upaya dari Iyus Rusliana untuk membangkitkan kembali dengan jalan merekomposisi tari Antareja, membuahkan hasil yang signifikan. Capaian dari hasil tersebut yakni, memperkuat identitas dan perwujudan tari Antareja baik dalam wilayah bentuk tari maupun isi tarinya. Selain dari itu, terjadinya proses revitalisasi dengan jalan transfer ilmu yang dijadikan sebagai bahan ajar di kalangan akademisi hingga saat ini. 

 

Kata Kunci: Struktur; Transformasi; Tari Wayang; Antareja; Gaya Sumedang.

 

 

ABSTRACT. Wayang 'Antareja' Dance Structure Sumedang Style Transformation Results Iyus Rusliana, Desember 2020. Antareja dance, was created by a Sumedang artist, namely Raden Ono Lesmana Kartadikusumah in the 1950s. The dance, which was formed to fulfill the role of the character in the Wayang Wong performance in the Subadra Larung play, has become one of the dance works that has a personal entity. This entity is manifested from the unity of dance elements that are mutually sustainable so that it gives a deep touch. In order for this touch to be maintained, therefore Ono gave special qualifications of dances to Antareja dance offerings. As a result of this dance qualification, in the end this Antareja dance experienced a phase of extinction. However, the efforts of Iyus Rusliana to revive them by recomposing the Antareja dance have yielded significant results. The achievement of these results, namely, strengthening the identity and manifestation of Antareja dance both in the area of dance form and dance content. Apart from that, there is a revitalization process by means of transfer of knowledge which is used as teaching material in academics to date.

 

Keywords: Structure; Transformation; Wayang Dance; Antareja; Sumedang Style.

 

 

References

DAFTAR PUSTAKA

AAM, D. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Herdiani, Een. (1992). Penyajian Tari Sunda Rumpun Wayang (Kertas Penyajian). Surakarta: STSI Surakarta.

Iyus, R. (2002). Wayang Wong Priangan. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Iyus, R. (2018). Tari Wayang. Bandung: Jurusan Tari, ISBI Bandung.

Pradasta, A. (2020). Estetika Tari Antareja Karya Raden Ono Lesmana Kartadikusumah. Bandung: Program Sarjana Institut Seni Budaya Indonesia Bandung.

Soedarsono, R.M. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Dalam: Cokrohamijoyo, F.X Sutopo (Eds). (1986). Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumiati, Lilis. (1997). Inventarisasi Tari Wayang Karya R. Ono Lesmana (Laporan Penelitian). Bandung: STSI Bandung.

Tjetjep, R. R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Downloads

Published

2021-02-17