PAGAWEAN BARUDAK

Cover Pagawean Barudak

 

PAGAWÉAN BARUDAK: PERMAINAN TRADISIONAL DI BADUY DALAM

PENULIS:
M. Zaini Alif


iv + 350 halaman, 15.5 x 23 cm
ISBN : 978-623-6857-54-0
Cetak Pertama 1, 202 2024

Harga: Rp. 125.000,-

Pracetak: Dede Ananta K. Perangin angin
Desain Sampul: Agung Gumelar
Tata Letak Isi: Agung Gumelar

 

Mainan dan permainan tidak hanya mengenalkan manusia dengan diri dan lingkungannya, dalam permainan tradisional di wilayah Sunda, ditemukan mainan dan permainan yang secara implisit mengajarkan manusia untuk mengenal konsep kepatuhan pada Tuhan, hal ini terdapat pada permainan-permainan yang mengajarkan pada konsep kesadaran dan pengolahan rasa, seperti pada permainan ucing sumput (petak umpet), ucing kuriling (kucing yang mengikuti garis bundar).
Kini, setelah mengalami perkembangan dan mengalami proses difusi dapat ditemukan bahwa dari 250 jenis mainan tradisional yang ditemukan di wilayah Jawa Barat dan 2500 jenis mainan di NNusantara, pada umumnya memiliki kesamaan dalam bentuk dan jenisnya, yang membedakan adalah nama dari mainan atau permainan tersebut.
Mainan dan permainan yang selama ini dianggap sebagai mainan tradisional milik bangsa Indonesia, ternyata hampir ada di berbagai nnegara di dunia Kenyataan persamaan bentuk permainan tersebut ternyata juga dapat ditemukan dalam masyarakat sekarang (kota desa) dan adat (tradisional) di wilayah Jawa Barat Barat.
Pada masyarakat Baduy Dalam, kegiatan yang disebut “mainan” dan “permainan” tidak dikenal, tetapi masyarakat Baduy Dalam mengenal kata ulin atau “main”. Kata ulin digunakan ketika seseorang tidak memiliki kegiatan apapun atau bepergian karena tidak ada pekerjaan di kampungnya. Kegiatan yang dilakukan pada masa anak anak yang dikenal dengan istilah bermain, mereka menyebutnya dengan sebutan pagawéan
barudak atau pekerjaan anak anak. Pagawéan menunjukan pada hasil karya bukan langsung bentuk kerja atau pekerjaan .