KAIN LURIK: UPAYA PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL
DOI:
https://doi.org/10.26742/atrat.v6i2.544Abstrak
Among a variety of traditional fabrics developed by Javanese, especially in Surakarta and Yogyakarta, is lurik. Lurik is derived from Javanese language which in terms of etymology is similar to lorek which means a line. Today society is more interested in modern clothes than traditional clothes like lurik.. However, recently there are many fashion designers who promote and introduce lurik to the young generation through fashion. This study aims to reveal the meaning or philosophy of the lurik motif and the allure of the lurik for fashion designers so that they are willing to promote lurik in their works in order to preserve local wisdom.
Keywords: Lurik, Designer, Philosophy
___________________________________________________________________
Masyarakat Jawa khususnya Surakarta dan Yogyakarta mengembangkan berbagai kain tradisional salah satunya kain Lurik. Lurik berasal dari bahasa Jawa yang secara etimologi dapat disamakan dengan kata lorek yang berarti garis. Masyarakat sangat terbuka dengan adanya kain modern yang berkembang sehingga kain lurik kian dilupakan, namun dewasa ini berkembang banyak perancang busana yang mengangkat dan memperkenalkan kain lurik kepada generasi muda melalui karya busana. Apabila dikaji lebih dalam, terdapat beberapa hal menarik yang dapat dibahas yaitu apa makna atau filosofi motif kain lurik serta apa yang menjadi daya tarik bagi perancang busana sehingga mengangkat kain lurik dalam karyanya sebagai pelestarian kearifan lokal.
Kata Kunci: Kain Lurik, Perancang Busana, Filosofi
Referensi
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
Djoemena, Nian S. (2000). Lurik: Garis-Garis Bertuah: The Magic Stripes. Jakarta: Djambatan.
Marah, Risman. (1990). Berbagai Pola Kain Tenun dan Kehidupan Para Perajinnya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Musman, Asti. (2015). LURIK – Pesona, Ragam & Filosofi. Yogyakarta: ANDI.
Isyanti, Sadilah dkk. (2003). Sistem Pengetahuan Kerajinan Tradisional, Tenun Gedhog di Tuban, Propinsi Jawa Timur. Yogyakarta: Kementerian Kebudayan dan Pariwisata, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Proyek Pemanfaatan Kebudayaan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Martono. (1998). Kain Tenun: Koleksi Museum Sono Budoyo. Yogyakarta: Museum Negeri Provinsi D.I Yogyakarta Sonobudoyo.
Unduhan
File Tambahan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Citation Check
Lisensi
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to jurnal Atrat and Jurusan Seni Rupa STSI Bandung as the publisher of the journal. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Jurnal Atrat and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in jurnal Atrat are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form JTSiskom]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document or fax :
Agus Cahyana (Editor-in-Chief)
Editorial Office of Jurnal Atrat
Department of fine art and design. ISBI Bandung
Jl. Buah Batu 212
Email: jurnalatrat@gmail.com