IMLEK, IDENTITAS DAN MULTIKULTURALISME DI YOGYAKARTA

Penulis

  • Sudono Sudono Universitas Gadjah Mada, Indonesia
  • Suhartono Suhartono Universitas Gadjah Mada, Indonesia
  • G. R. Lono Lastoro Simatupang Universitas Gadjah Mada, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.26742/atrat.v1i1.403

Abstrak

Setelah kerusuhan Mei 1998 yang diikuti dengan lengsernya presiden Soeharto, etnis Tionghoa dapat bernafas lega dari tekanan diskriminasi dari pemerintahan Orde Baru. Selama tiga dekade, mereka tidak diperbolehkan menjalankan  kegiatan-kegiatan baik kegiatan keagamaan maupun budaya. Kini, pemerintah telah menjadikan hari raya Imlek sebagai hari raya nasional walaupun masih ada pro-kontra tentang Imlek sebagai hari raya keagamaan atau sekedar tradisi dan budaya. Di Yogyakarta, etnis Tionghoa dengan dukungan Pemerintah Daerah merayakan Imlek secara meriah selama kurang lebih lima hari yang dikemas dalam event Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta. Ada beberapa muatan dalam event tersebut antara lain yaitu pernyataan simbol identitas, pengembangan kepariwisataan dan multikulturalisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa event tersebut memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan wisata dan praktik multikulturalisme untuk membangun hubungan lintas etnis dan budaya yang lebih baik. Penelitian menggunakan metode studi literatur, pengamatan terlibat, dan wawancara.

Kata Kunci: Imlek, Identitas, Multikulturalisme, Yogyakarta

Biografi Penulis

Sudono Sudono, Universitas Gadjah Mada

Program Studi Kajian Budaya dan Media

Suhartono Suhartono, Universitas Gadjah Mada

Program Studi Kajian Budaya dan Media

G. R. Lono Lastoro Simatupang, Universitas Gadjah Mada

Program Studi Kajian Budaya dan Media

Diterbitkan

2013-01-25

Cara Mengutip

Sudono, S., Suhartono, S., & Simatupang, G. R. L. L. (2013). IMLEK, IDENTITAS DAN MULTIKULTURALISME DI YOGYAKARTA. ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 1(1). https://doi.org/10.26742/atrat.v1i1.403

Citation Check

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama