MITOLOGI TENUN GEDOGAN INDRAMAYU: IDE DAN PROSES KONSTRUKSI WACANA
DOI:
https://doi.org/10.26742/atrat.v9i1.1657Abstract
The motifs of Babaran, Kluwungan, Poléng Méntisa, and Udan Mas Prambutan are the four motifs of Gedogan Indramayu weaving which are mythized by the user community as narratives of defense mechanisms for systems that have been practiced for a long time. In principle, a mythology is formed by the people themselves to gain their own knowledge in reading the phenomena of life and the natural surroundings. Mythology stems from the perception of the people who are arbitrary and connotative in deciphering the meanings of Gedogan Indramayu weaving. The connotation of believing and being believed together becomes a kind of collective 'faith'. The connotative perception is then uniformized and turned into a fixed and absolute rule or into a kind of convention. Furthermore, when testing the validity of the convention, it persists in its application in society, so that its predicate turns into a myth. Then this myth is also tested by time, survives in the community, reaches the side of a solid belief for the people, so that it becomes a system of thinking and living for the Juntikebon community.
Keywords: Mythology, Weaving Gedogan Indramayu, Babaran, Kluwungan, Poléng Méntisa, Udan Mas Prambutan.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Motif Babaran, Kluwungan, Poléng Méntisa, dan Udan Mas Prambutan adalah empat motif tenun Gedogan Indramayu yang dimitoskan oleh masyarakat penggunanya sebagai narasi mekanisme pertahanan bagi sistem-sistem yang telah dijalani sejak dulu. Pada prinsipnya, suatu mitologi dibentuk oleh masyarakatnya sendiri untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri dalam membaca fenomena hidup dan alam sekitar. Mitologi bermula dari persepsi masyarakatnya yang arbiter dan konotatif dalam menguraikan makna-makna tenun Gedogan Indramayu. Konotasi itu dipercaya dan diyakini secara bersama-sama menjadi semacan ‘iman’ kolektif. Persepsi yang konotatif itu kemudian diseragamkan dan berubah menjadi suatu aturan yang tetap dan mutlak atau menjadi semacam konvensi. Selanjutnya, waktu menguji keberlakuan konvensi itu tetap bertahan dalam penerapannya di masyarakat, sehingga predikatnya berubah menjadi sebuah mitos. Kemudian mitos ini juga diuji oleh waktu, bertahan di masyarakatnya, mencapai pada sisi keyakinan yang mantap bagi masyarakatnya, hingga menjadi suatu sistem berpikir dan berkehidupan bagi masyarakat Juntikebon.
Kata Kunci: Mitologi, Tenun Gedogan Indramayu, Babaran, Kluwungan, Poléng Méntisa, Udan Mas Prambutan.
References
Supali Kasim. (2013). Budaya Dermayu. Yogyakarta: Poestakadjati.
Roland Barthes. (2011), Mitologi. Terjemahan Nurhadi dan A. Sihabul Millah. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Alex Sobur. (2017). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kris Budiman. (2011). Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonositas. Yogyakarta: Jalasutra.
Agus Sachari. (2002). Estetika: Makna, Simbol dan Daya. Bandung: ITB.
Supali Kasim. (2013). Busana Daerah. Poestakadjati, Budaya Dermayu (302). Yogyakarta: Poetakadjati. ISBN: 978979168487-3.
Reiza D Dienaputra. (2006). Sejarah Lisan Konsep dan Metode. Bandung: Minor Books.
Hakim, Atang Abdul & Beni Ahmad Saebani. (2008). Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
Supali Kasim. (2011). Menapak Jejak Sejarah Indramayu. Yogyakarta: Framepublishing.
Retno Dwimarwati. (2016). Teks dan Konteks Tiga Lakon Pertunjukan Tetaer Sunda Kiwari. Bandung: Sunan Ambu Press.
Agus R. Sardjono. (1999). Pembebasan Budaya-Budaya Kita: Sejumlah Gagasan di Tengah Taman Ismail Marzuki. Jakarta: Gramedia.
Nanang Gandra Prawira. 2018. Budaya Batik Dermayon. Bandung: PT. Satrana Tutorial Nurani Sejahtera.
Yasraf Amir Piliang. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika. Bandung: Matahari.
Louis Malassis. (1981). Dunia Pedesaan: Pendidikan & Perkembangan. Jakarta: Gunung Agung.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, copyright of the article shall be assigned to jurnal Atrat and Jurusan Seni Rupa STSI Bandung as the publisher of the journal. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all form and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Jurnal Atrat and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in jurnal Atrat are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form JTSiskom]. The copyright form should be signed originally and send to the Editorial Office in the form of original mail, scanned document or fax :
Agus Cahyana (Editor-in-Chief)
Editorial Office of Jurnal Atrat
Department of fine art and design. ISBI Bandung
Jl. Buah Batu 212
Email: jurnalatrat@gmail.com