PENGEMASAN UPACARA BABANGKONGAN MENJADI BENTUK SENI PERTUNJUKAN HELARAN

Authors

  • Yayat Hidayat

DOI:

https://doi.org/10.26742/pib.v1i1.1326

Abstract

Upacara Babangkongan merupakan upacara kesuburan atau upacara meminta Hujan di daerah Surawangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Upacara ini dilakukan pada musim Halodo (Kemarau) ketika kondisi air untuk mengairi sawah berkurang, bahkan kering kerontang. Upacara Babangkongan bentuknya sederhana, memperlihatkan seorang laki-laki ditandu di atas dongdang (Tandu Terbuka) oleh empat orang laki-laki, kemudian diarak keliling sambil teriak menirukan suara Bangkong (katak) dengan irama naik turun dan riuh. Masyarakat Desa Surawangi menyambutnya dengan mengguyur laki-laki yang menirukan suara Bangkong (Katak) tersebut dengan air, dan biasanya memberikan Saweran (uang) pada para pembawa Dongdang. Masyarakat Surawangi mempercayai bahwa tradisi Upacara Babangkongan ini kalau dilaksanakan akan turun hujan. Metode yang digunakan untuk pengemasan upacara babangkongan ini adalah metode garap melalui beberapa tahapan yang meliputi eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan evaluasi. Hasil dari garapan ini adalah pengemasan Upacara Babangkongan menjadi Seni Pertunjukan Helaran atau Seni Pertunjukan Jalanan untuk kepentingan berbagai peristiwa budaya pada masyarakat Surawangi yang dipentaskan dalam bentuk Helaran maupun Pertunjukan di atas panggung.
Kata Kunci: Upacara Babangkongan, Desa Surawangi, Kesuburan, Helaran

References

Soedarsono. 1978. Pengantar Pengetauhan dan Komposisi. Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia

Smith Jacquiline. 1985. Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Bagi Guru. Terj. Ben Suharto. Yogyakarta: IKALASTI

Dagun, Save M. 2005. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara. Jakarta.

Marliana, Lina, dkk. 2015. Upacara Babangkongan: Laporan Penelitian. LP2M ISBI Bandung.

Iswantara, Nur. 2017. Kreativitas: Sejarah, Teori & Perkembangan. Yogyakarta: Gigih pustaka Mandiri

Downloads

Published

2020-12-11