Therapy Melalui Seni Gamelan Sunda

Authors

  • Suhendi Afryanto, S.Kar., M.M. ISBI Bandung, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.26742/jp.v7i1.1851

Keywords:

Keyword, Sundanesse Gamelan Art and Therapy.

Abstract

ABSTRAK

 

Seni apapun bentuknya memiliki fungsi tersendiri, di samping sebagai sarana hiburan, sering jugadimanfaatkan sebagai sarana terapi. Sepeerti halnya dengan seni gamelan Sunda, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui metode narative personal, dengan teknik wawancara terhadap 50 orang mahasiswa yang pernah belajar mempraktikkan gamelan (Sunda) dan 10 orang ahli gamelan (Sunda), diperolah suatu kesimpulan bahwa seni gamelan dapat dijadikan salah satunya sebagai sarana terapi.Melihat fenomena seperti itu, bukan suatu keniscayaan dalam banyak hal seni juga dapat dijadikan sebagai value education dalam membentuk karakteristik bagi para pelakunya. Dari penelitian yang dilakukan, sekurang-kurangnya dapat diketahui bahwa mengapa seni musik diciptakan, karena memang terkait dengan kebutuhan manusia. Sepanjang kehidupan ada, maka seni akan memberi warna tersendiri sebagai dinamika yang setiap saat terus berjalan.

 

 

 

ABSTRAC

Any form of art has its own function, apart from being a means of entertainment, it is also often used as a means of therapy. Likewise with Sundanese Gamelan Art, based on the results of research conducted through personal narrative methods, by interviewing 50 students who have learned to practice gamelan (Sundanese) and 10 gamelan experts (Sundanese), a conclusion is obtained that gamelan art can be used as one of them. as a means of therapy.Seeing such a phenomenon, it is not a necessity in many ways art can also be used as an educational value in shaping the characteristics of the actors. From the research conducted, at least it can be seen that why the art of music was created, because it is related to human needs. As long as life exists, art will give its own color as a dynamic that is constantly running.

 

References

Afryanto, Suhendi. (2013). Internalisasi Nilai Kebersamaan melalui Pembelajaran Seni Gamelan Sunda sebagai Upaya Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa Jurusan Karawitan STSI Bandung. UPI Bandung; Disertasi.

Al-Alaydrus. 2001. Penyebaran Islam di Tanah Jawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Campbell, D. 2001. The Effect Mozart:Tapping The Power of Music to Heal the Body, Strengthen the Mind, and Unlock the Creative Spirit-Terjemahan: Hermaya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djojonegoro, W. 2003. Gamelan dan Dunia Pendidikan-“Gong” Media, Seni dan Pendidikan Seni edisi nomor 51/VI/2003.

Khan, H.I. (2002). The Mysticism Of Sound And Music, alih bahasaa oleh Subagijono dan Kusnaendy Timur: Dimensi Mistik Musik dan Bunyi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Sufi.

Ki Hadjardewantara (1962). Ki Hadjardewantara, Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta:Percetakan Taman Siswa.

Koentjaraningrat,(1989). Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Balai Pustaka

Kunts, J. (1973). Music In Java: Its Theory and Its Technique. 2 jilid. Edisi ketiga yang diperluas oleh EL.Heins. The Hague:Martinus Nijhoff.

Langer, S.K. (t.t.). Problems of Art terjemahalan Widaryanto. Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia Tahun 1988.

Merriam, A.P. (1964). The Anthropoly of Music. Evantion, III. Northwestern: University Press.

Saryoto, (1996). Gamelan dan Persitilahnnya, tulisan dalam jurnal ilmiah Seni “Panggung” STSI Bandung edisi nonor XXIII-april-Tahun 1996.

Soetrisno, L. (2001). Krisis Perilaku dalam Kehidupan Pelajar,Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Spiller, H. (2004). Gamelan: The Traditional Sounds of Indonesia. Santa Barbara-California: ABC-CLIO.Inc.

Sumardjo, J. (2001). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press.

Sumadrjo, J. (2003). Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-tafsi Pantun Sunda. Bandung : Kelir.

Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

William, Raymond. (1976). Keyword: A Vocabullary of Culture and Society. London: Fontana-Croom Helm.

Published

2022-02-12

Citation Check