Kesundaan dalam Keindonesiaan: Memahami Sajak Sunda Tahun 1950-an

Authors

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v33i2.2620

Abstract

Tulisan ini berfokus pada pemahaman sajak Sunda yang ditulis tahun 1950-an. Tujuannya untuk mengungkap representasi kesundaan dalam bingkai keindonesiaan. Tujuan tersebut dicapai dengan menggunakan teori semantik semiotika. Hasilnya untuk mengungkapkan bahwa secara semantik, sajak Sunda didominasi oleh tanda ikonis diagramatis dan tanda ikonis metaforis. Tanda ikonis diagramatis menempatkan keindonesiaan di depan kesundaan dan tanda ikonis metaforis menggambarkan bahwa keindonesiaan dapat dijelaskan dengan tradisi kesundaan. Artinya bahwa keindonesiaan terkandung di dalam kesundaan. Selain itu, terungkap pula identitas kesundaan berubah seiring berubahnya bingkai keindonesiaan. Ketika pada tahun 1950-an bingkai keindonesiaan menyempit dan menjadikan kesundaan tereksklusi, maka kesempatan tersebut dipakai untuk melihat dan memahami kesundaan kembali. Dalam pertemuannya dengan keindonesiaan yang menjadi tujuan kesundaan, kesundaan pun menemukan kesundaan yang paling primordial sekaligus berusaha mengatasi kesundaan yang berorientasi kejawaan. Kata kunci: sajak, sunda, gerakan kesundaan

References

Dienaputra, R. D., dkk. (2021). Multikulturalisme Kebudayaan Daerah Cirebon. Panggung: Jurnal Seni dan Budaya, 31, 250–262. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26742/panggung. v31i2.1313

Ikhwan, N. (2022). Kerukunan Hidup Melalui Seni dan Budaya Nusantara. Panggung: Jurnal Seni dan Budaya, 32, 480–490.

Magee, B. (2001). The Story of Philosophy: A Concise Introduction to the World’s Greatest Thinkers and Their Ideas. Diterjemahkan oleh Widodo, dkk. (2012). The Story of Philosophy: Kisah tentang Filsafat. Yogyakarta: anisius.

Moriyama, M. (2013). Sundanese Print Culture and Modernity 19th-century West Java. Diterjemakan oleh Dibia, I Wayan. (2013). Semangat Baru: KolonialismeBudaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19. Depok: Komunitas Bambu.

Mulyono, I., dkk. (1979). Puisi Sunda: Selepas Perang Dunia Kedua 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rosidi, A. (1966). Kesusastran Sunda Dewasa Ini. Jatiwangi: Tjupumanik.

________. (1989). Jante Arkidam. Bandung: Pustaka.

________. (2010). Gerakan Kasundaan. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Rosidi, A., & Sutiasumarga, R. (1963). Kandjutkundang: Prosa djeung Puisi Sunda sabada Perang. Djakarta.

Rusyana, Y. (1969). Galuring Sastra Sunda. Bandung: Gununglarang.

Sajudi. (1963). Lalaki di Tegal Pati. Bandung: Kiwari.

van Zoest, A. (1993). Semiotiek, Overteken, hoe ze werken en wat we ermee doen. Diterjemahkan oleh Soekowati,

Ani.(1993). Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Published

2023-07-05

How to Cite

Muhtadin, T. (2023). Kesundaan dalam Keindonesiaan: Memahami Sajak Sunda Tahun 1950-an. Panggung, 33(2), 209–224. https://doi.org/10.26742/panggung.v33i2.2620

Citation Check