Keberadaan Jenis Kacapi dalam Ganre Kesenian Tradisional Sunda

Authors

  • tardi ruswandi INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA BANDUNG
  • Asep Nugraha
  • Dody Satya Ekagustdiman

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v32i2.2052

Abstract

Alat musik petik tradisional di Sunda dikenal dengan sebutan kacapi telah tampil melewati perjalanan ruang dan waktu yang sangat panjang. Instrumen ini telah berhasil mewariskan nilainilai estetik musikal pada musik Karawitan di Sunda. Namun pada masa sekarang disenyalir beberapa alat musik petik tradisional di Sunda ini ada yang sedikit termarginalkan karena tidak lagi digunakan dan difungsikan dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Padahal tidak semua orang Sunda yang sudah mengenal dengan baik setiap alat musik petik tradisional yang mereka miliki. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai keberadaan alat musik petik tradisional di Sunda atau kacapi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, bermaksud agar kerja penelitian menjadi efisien dalam memecahkan masalah dalam penelitian, karena adanya pendeksripsian dan analisis. Penelitian ini menghasilkan sintesa bahwa alat musik tradisional yang ada di Sunda adalah kacapi baduy, kacapi jentréng Rancakalong dan Cibalong Tasikmalaya, kacapi pantun, kacapi indung cianjuran, dan kacapi wanda anyar. Rekomendasi dari hasil penelitian adalah kerja kreatif agar alat musik ini tetap eksis mengarungi waktu di masa yang akan datang.

Kata kunci: kacapi, penelusuran, Sunda.

References

Becker, J. (2004). Deep Listeners: Music, Emotion, and Trancing. Bloomington: Indiana University Press.

Atmadibrata, E. (1999). Talari Adat Sunda. Bandung: Yayasan Paraguna Pakuan.

Devereaux., K. (1989).“It’s not official till the gong is hung”. Balungan 4 (1). Oakland, CA: American Gamelan Institute for Music and Education.

Djohan. (2003). Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Ekadjati., E. (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Giri Mukti Pusaka.

Hasim., Moh. E. (1984). Rupa-Rupa Upacara Adat Sunda Jaman Ayeuna. Bandung: PT. Sumur Bandung.

Hazmirullah. (2006). “Pantun Sunda Tinggal Cerita”, H.U. Pikiran Rakyat. Bandung: 15 Maret 2006.

Meijer., J.J. (1891). “Badoejsche Pantoenverhalen”, BKI, XL.

Nugraha, A. (2019). Pemain Kacapi Indung Seni Tembang Sunda Cianjuran: Kajian Peraihan Derajat Kompetensi. Jakarta: Sekretariat Jenderal Depdiknas Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri. DOI 10.31227/osf.io/tzcgx

Permana, C. E. (2006). Tata Ruang Masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya.

Plyte., C.M. (1906). Raden Moending Laja Di Koesoema: Met Eene Inleiding Over den Toekang Pantoen. Batavia: Albrecht & Co.

Rohmat. (2017). Pertunjukan Sandhur Tuban Refleksi Peralihan Masyarakat Agraris Menuju Budaya Urban. Panggung: 27 (1), 74-86.

Ruswandi, T. (2015). Kreativitas Mang Koko dalam Karawitan Sunda. Panggung: 26 (1), 92-107.

Suhaety, E. (2019). Perubahan Ronggeng Amen di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran. Panggung: 29 (1), 29-42.

Sukanda., Enip. (1996). Kacapi Sunda. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud.

Soepandi, A. (1976). “Khasanah Kesenian Baduy dan Pandeglang.” Bandung: Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Jawa Barat.

Suryana., T. (1975). Kacapi. Bandung: Proyek penunjang Peningkatan Kebudayaan Jawa Barat.

Warnaen., S. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Proyek Penelitian dan Pengkajian Budaya Sunda (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud.

Zanten., W. V. (1989) Sundanese Music in Cianjuran Style: Anthropologycal and Musicologycal Aspects of Tembang Sunda.Dordrecht-Holand: Foris Publications.

Published

2022-06-30

How to Cite

ruswandi, tardi, Nugraha, A., & Ekagustdiman, D. S. (2022). Keberadaan Jenis Kacapi dalam Ganre Kesenian Tradisional Sunda. Panggung, 32(2). https://doi.org/10.26742/panggung.v32i2.2052

Citation Check