Revitalisasi Tari Tradisi di Situasi Pandemi

Authors

  • Lilis Sumiati Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung Fakultas Seni Pertunjukan Program Studi Seni Tari
  • Asep Jatnika

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v31i4.1786

Abstract

Tari Wayang merupakan salah satu tari tradisi yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Salah satunya berkembang di Sumedang yang diciptakan oleh Raden Ono Lesmana Kartadikusumah sejak tahun 1930-an. Setelah menapaki sekitar 90 tahun, tari Yudawiyata mengalami kepunahan. Oleh karena itu, menggiring pembentukan motivasi untuk melakukan revitalisasi. Dasar pemikiran ini dilandasi bahwa tari tersebut menjadi satu-satunya bentuk karya tari perang wayang berpasangan gaya Sumedang. Tarian ini diwujudkan pada tahun 1957, yang menggambarkan tentang dua orang satria sedang berlatih perang sebelum memasuki medan laga. Upaya revitalisasi ini ditempuh dengan dua tahap yakni rekonstruksi dan implementasi. Tahap rekonstruksi menggunakan pendekatan interpretasi yang memuat (to ekspress), (to explain), dan (to translate) sedangkan kreativitas diarahkan pada ranah gubahan. Metode yang dianggap relevan dalam ranah revitalisasi yakni Participation Action Research (PAR). Metode tersebut memiliki kesinambungan, karena memuat siklus partisipasi, riset, dan aksi. Partisipasi merupakan bentuk sikap kepedulian untuk menghidupkan kembali tari Yudawiyata yang sudah punah, melalui rekonstruksi. Bentuk kepedulian tersebut dilatarbelakangi dengan adanya riset yang dilakukan sebelumnya. Kemudian aksi merupakan bentuk aktivitas dalam melakukan rekonstruksi dan implementasi tari Yudawiyata. Tahap implementasi dilakukan melalui pelatihan secara hybrid antara luring dan daring di Padepokan Sekar Pusaka

 

Kata kunci: tari yudawiyata, rekonstruksi, kreativitas, implementasi

References

Bandem, NLN Suasthi Widjaja. (2017). (dalam Karya Cipta Seni Pertunjukan). Yogyakarta: JB Publisher.

Berry, John W. (1999). Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Revitalisasi Tari Tradisi di Situasi Pandemi Denzin, Norman K. dan Lincoln Yvona S.

(2009). Handbook Of Qualitative Research. Penerjemah Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indaryani, Emy. (2016). Modul Paket Keahlian Tata Kecantikan Kulit: Rias Karakter dan Fantasi. Jakarta: Kemendikbud.

Ludeman, L. C. (1987). Fundamental of Digital Signal Processing, Singapore, John Wiley & Sons, Inc.

Miroto, Martinus. (2017). Riset Artistik-Koreografi di Lingkungan Akademis (dalam Karya Cipta Seni Pertunjukan). Yogyakarta: JB Publisher.

Nurcahyanti, Desy dkk. (2021). Mbok Mase dan Mbok Semok: Reinterpretasi Karakter Perempuan Jawa dalam Kultur Batik.

Palmer Richard E. (2003). Hermeuneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, Penerjemah Musnur Hery & Damanhuri Muhamed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Piliang, Yasraf Amir. (2007). Seni Pertunjukan Tradisi dalam Peta Seni Posmodernisme, Jurnal Panggung STSI Bandung 17 (2).

Rusliana, Iyus. (2016). Tari Wayang, Bandung: Jurusan Seni Tari STSI Bandung.

------------------. (2018). Tari Wayang, Bandung: Jurusan Tari ISBI Bandung.

------------------. (2020). Tari Wayang, Bandung: Jurusan Tari ISBI Bandung.

Sumaryono dan Endo Suand. (2002). Tari Tontonan, Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.

Sumiati, Lilis. (2014). “Transformasi Tari Jayengrana Karya R. Ono Lesmana Kartadikusumah: Kajian Dinamika Nilai Estetik.” Disertasi. Bandung: Program Doktoral Universitas Padjadjaran.

------------------. (2020). Kreativitas Tari Yudawiyata. Jurnal Panggung V30/N1/01, 146.

Susanti, Dewi. (2018). Rekostruksi Tari Zapin Duo di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Seminar Antar Bangsa: Seni Budaya dan Desain: STANSA, 39.

Published

2022-01-01

How to Cite

Sumiati, L., & Jatnika, A. (2022). Revitalisasi Tari Tradisi di Situasi Pandemi. Panggung, 31(4). https://doi.org/10.26742/panggung.v31i4.1786

Citation Check