Filosofi Kepemimpinan Semar

Authors

  • Nurhadi Siswanto Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jalan Parangtritis K.m 6.5 Sewon, Bantul, Yogyakarta 55001

DOI:

https://doi.org/10.26742/panggung.v29i3.1011

Abstract

ABSTRACT

 

As a big nation with cultural diversity, Indonesia needs a strong leadership based on the values, characters and culture of the society. All crises faced by Indonesian people today, is primarily a moral crisis. These multidimensional crises have triggered to dig the noble values as references to do and to act. This paper discusses abaut the leadership philosophy of Semar, by which some teachings and moral values of Semar are connected with the leader's characters and attitudes. This is explorative and analytical literature research by using hermeneutic, semiotic and iconographic approaches, to find the meanings of Semar characters.

Semar is the Panakawan figure who symbolically teaches about being a good human or a good leader. Some teachings and characters of Semar include the leader will not glorify his inheritance and origin, the leader must be wise, think and view broadly, the leader can't be anti-critics, the leader should be easily caring of the suffer of the people, the leader must be ready to serve the society in any condition, and also can respect the previous leader’s achievements and cover up his badness (mikul duwur mendem jero)

 

Keywords:  Panakawan, Semar, leadership philosophy

 

ABSTRAK

 

Sebagai bangsa yang besar dengan berbagai ragam budaya, Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat, yang bersumber dari nilai kepribadian masyarakat dan budayanya. Berbagai krisis yang ada saat ini, yang paling memprihatinkan adalah krisis moral. Berbagai krisis tersebut menjadikan pentingnya penggalian nilai-nilai luhur bangsa yang dapat dijadikan acuan dalam berpijak dan bertindak.Tulisan ini mengkaji tentang nilai nilai filosofis yang ada pada Semar dikaitkan dengan kepemimpinan. Penulis mencoba mengkaji berbagai ajaran dan nilai moral Semar dikaitkan dengan sifat dan sikap seorang pemimpin. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan metode penelitian eksploratif deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika, semiotika, dan ikonografi untuk mengkaji berbagai makna simbolis yang ada pada tokoh Semar.

Semar adalah tokoh Panakawan yang secara simbolis mengajarkan tentang bagaimana menjadi manusia atau pemimpin yang baik. Berbagai sifat dan ajaran tersebut antara lain pemimpin tidak akan mengagungkan keturunan dan asal usulnya, pemimpin harus (temuwo) berfikir dan berpandangan luas dan dalam, pemimpin tidak boleh anti kritik, pemimpin seharusnya mudah terharu terhadap penderitaan rakyat, pemimpin harus selalu siap melayani dalam kondisi apapun, serta pemimpin harus bisa mikul dhuwur mendehem jero (menghargai hasil pemimpin sebelumnya dan menutupi segala keburukan yang ada).

 

Kata Kunci: Panakawan, Semar, Filosofi Kepemimpinan

Author Biography

Nurhadi Siswanto, Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jalan Parangtritis K.m 6.5 Sewon, Bantul, Yogyakarta 55001

A

References

Agus Sunyoto. (2012).Atlas Walisongo.Yogyakarta : Mizan.

Ardian Kresna. (2012).Punakawan Simbol Kerendahan Hati Orang Jawa.Yogyakarta: Narasi.

Cahya.(2016). Nilai, Makna, dan Simbol dalam Pertunjukan Wayang Golek sebagai Representasi Media Pendidikan Budi Pekerti. Panggung, 26 (2), 117-127.

Endraswara.(2010). S., Falsafah Hidup Jawa, Menggali Mutiara Kebijakan dan Intisari Filsafat Kejawen.Yogyakarta : Cakrawala

Hazim Amir.(1991).Nilai-nilai Etis Dalam Wayang.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Hadi Wijaya.(2010). Tokoh-Tokoh Kejawen, Ajaran dan Pengaruhnya. Yogyakarta, Eule Book

Hazeu, G.A.J.(1897).Bijdragetot de Kennis van het Javaansche Toneel. Leiden:E.J,. Brill.

Heru Satoto, B.(2001), Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : Hanindita Graha Widia, cet 4.

Maharsi. (1999).Simbolisme dan keselarasan sosio –budaya Jawa dalam Lakon Wayang Babad Wanamarta: Kajian Sikap dan Pandangan Hidup Jawa. Yogyakarta: Tesis Program Studi Antropologi Pascasarjana UGM Yogyakarta,

Musa A.L. Machfoeld. (1976).Priagung dar-Us-Salam Almarhum Drs. Sosrokartono di Jln Pungkur no 7 bandung; Langkah-Laku, Tata-hidup, Kehidupan dan Kepribadiannya, Ditinjau Dari segi ke-Islaman. Yogyakarta: Yayasan Sasrakartono.

S. Haryanto.(1985). Bayang-bayang Adhiluhung: Filfasat, Simbolis, dan Mistik Dalam Wayang. Semarang: Dahara Prize.

Soelardi., R.M.(1953).Gambar Princening Ringgit Purwa.Jakarta : Balai Pustaka.

Soetarno dan Sarwanto. (2010).Wayang Kulit dan Perkembangannya.Solo: ISI Press

Sri Mulyono. (1975).Wayang, Asal-usul, Filsafat, dan Masa Depannya.Jakarta: Gunung Agung.

---------------. (1974). Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang.Jakarta: Gunung Mas.

Sunarto. (2009). Wayang Kulit Purwa dalam Pandangan Sosial Budaya.Yogyakarta:Arindo Nusa Media.

----------.(2012). Panakawan Yogyakarta.Yogyakarta : BP ISI Yogyakarta.

----------. (2012). Panakawan Wayang Kulit Purwa: Asal-usul dan Konsep Perwujudannya. Panggung, 22 (3), 242-255.

Suseno, Frans Magnes.(1995).Wayang dan Panggilan Manusia Jawa.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Suyanto, (2013).Pertunjukan Wayang sebagai Salah Satu Bentuk Ruang Mediasi Pendidikan Budi Pekerti. Panggung, 23 (1), 1-108

Tuti Sumukti. (2005). Semar Dunia Batin Orang Jawa.Yogyakarta : Galang Pers.

Wispra, Ki. (1955}.Wayang Panakawan.Majalah Pedhalangan Pandjangmas. III, No 10, 22 November, hal 19.

Wispra, Ki.(1956), Wayang Panakawan.Majalah Pedhalangan Pandjangmas, IV, No 1, 31 Januari, hal 13-14.

Yudhaningrat., GBPH, Wayang: Tontonan, Tuntunan, Tatanan.docx-Dinas Kebudayaan DIYwww.tasteofjogja.org>resources>artikel diunduh 4 maret 2019

Zarkasi, Effendi. (1996). Unsur-Unsur Islam Dalam Pewayangan Telaah Terhadap Penghargaan Walisanga terhadap Wayang Untuk Media dakwah Islam. Solo: Yayasan Mardikintoko

Downloads

Published

2019-09-01

How to Cite

Siswanto, N. (2019). Filosofi Kepemimpinan Semar. Panggung, 29(3). https://doi.org/10.26742/panggung.v29i3.1011

Citation Check